3/30/2009

Selamatkan Pertanian Kita | Informasi Qita

Pertanian ku sayang, pertanian ku malang

Era krisis moneter yang melanda bangsa Indonesia sejak tahun 1998 menjadi awal terpuruknya negara yang melimpah akan kekayaan alamnya ini. Semua sektor termasuk sektor pertanian telah merasakan dampak langsung dari krisis moneter tersebut. Tetapi kalau dilihat dari sisi lain, ternyata sektor pertanian adalah sektor yang lebih bisa bertahan dibanding dengan sektor-sektor lain misalnya sektor industri baik industri kecil sampai industri besar. Ditambah lagi dengan krisis global yang melanda seluruh negara di dunia sejak tahun 2008, sektor pertanian terbukti sebagai salah satu sektor yang bisa bertahan terhadap terpaan badai krisis tersebut...

Tetapi sayang seribu sayang, sistem pertanian yang diterapkan petani di Indonesia masih banyak yang menggunakan sistem Tidak ramah lingkungan. Masih sedikit petani yang menggunakan sistem tanam Ramah lingkungan.

Sistem tanam tidak ramah lingkungan adalah suatu pola tanam yang menggunakan input (masukan) berupa pupuk kimia, pestisida sintetis dalam Jumlah banyak bahkan bisa dibilang berlebihan, untuk menghasilkan panenan yang mempunyai kualitas bagus dan kuantitas banyak. Sedangkan sistem pertanian Ramah lingkungan, adalah suatu pola tanam dengan menggunakan masukan sedikit bahan-bahan kimia atau tidak sama sekali dan menggantinya dengan bahan-bahan yang alami.

Sistem tanam yang banyak menggunakan bahan-bahan kimia buatan, akan berakibat buruk terhadap kelangsungan pertanian pada khusunya dan kerusakan lingkungan pada umumnya. Beberapa dampak penggunaan pupuk dan pestisida sintetis adalah mengerasnya tanah persawahan, berkurangnya kesuburan tanah, pencemaran lingkungan dll...

Oleh karena itu, jalan keluar dari pola bercocok tanam di atas adalah dengan sistem pola tanam ramah lingkungan atau yang biasa kita kenal dengan Pertanian Organik menuju Pertanian Berkelanjutan. Untuk merubah pola tanam yang dianut petani tidak semudah membalikkan telapak tangan karena harus ada upaya intensif semua pihak termasuk pemerintah.

Beberapa upaya telah diusahakan oleh pemerintah daerah dan petani untuk menjalankan sistem tanam organik, tetapi hal ini masih banyak kendala-kendala yang dihadapi, diantaranya kondisi struktur tanah yang telah rusak karena pemakaian pupuk dan pestisida kimia, harus dikembalikan terlebih dulu. Hal ini membutuhkan waktu yang sangat lama diperkirakan bisa memakan waktu lebih dari 5 tahun. Belum lagi pengetahuan petani mengenai sistem tanam organik masih sangat minim, hambatan lain bahwa pasar untuk hasil pertanian organic masih sangat minim, sehingga petani kesulitan memasarkan hasil panennya.

Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak mungkin, pertanian di Indonesia semakin lama semakin kehilangan produktifitasnya. Apabila hal ini terjadi, maka bangsa ini tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan pangannya sendiri yang akhirnya Negara Indonesia tercinta akan terus menerus mengimpor beras dari Negara lain yang notabene pada jaman dahulu kitalah yang mengekspor ke Negara tersebut.

Hal-hal di atas adalah salah satu gambaran dari masalah intern bidang pertanian, tetapi sesunguhnya masih banyak factor ekstern di luar pertanian yang dapat mempengaruhi kelangsungan pertanian itu sendiri, diantaranya penyempitan lahan pertanian, peralihan fungsi lahan dll yang berakibat goyahnya keseimbangan alam sehingga sering terjadi bencana.

Apakah kita akan seperti ini terus, sibuk dengan urusan sendiri tanpa memikirkan masa depan, jangan menunggu atau menyalahkan orang atas apa yang telah terjadi, tetapi lakukan perbaikan apapun itu bentuknya walaupun hanya setitik kebaikan…..

1 comment:

  1. ok bos siip dehh!!
    http://www.banyumascity.com/bio-ethanol-dari-singkong-banyumas/

    ReplyDelete